Spongebob and philosophy pdf




















He promised a princess, but where will he find one on such short notice? Find out what happens in this royally Funny story! Imagine everyone's surprise when she does show up! Skip to content. Performing Arts. SpongeBob SquarePants and Philosophy. Offers a selection of essays using the popular children's television program characters, providing a humorous look at the study of philosophy and philosophical topics.

Discworld and Philosophy. In Discworld, unlike our own frustrating Roundworld, everything makes sense. David Bowie and Philosophy. Batman, Superman, and Philosophy. Batman or Superman? These are cultural things that we pick up from family, friends, and teachers. Many young adults and some not so young have not had the cultural connections required. What it comes down to is the issue of Mills' hedonistic utilitarianism , and the comparison of the pleasures of living, and the pleasures of the mind, mentioned above.

Do you have someone in mind who might enjoy reading this sort of book? Or at least might against their normal behavior be willing to take a look? You might think that almost all the books deal with various TV series. Have fun! View all 22 comments. Jul 02, Elysa rated it it was amazing.

I thought this would be slightly ridiculous, but it ended up being incredibly insightful and informative. I understand a lot of the ideas discussed better after seeing how they relate to Spongebob, and it gave me interesting information about the show and people's reactions to it that I had never known.

Dan adegan selanjutnya —bagi kita yang selalu menontonnya setiap hari di layar televisi—mampu kita tebak: Squidward, seekor gurita yang cukup ambisius dalam meraih harga dan kejayaan diri, berteriak kasar kepadanya melalui jendela bulat yang tertempel pada rumah model patung Easter Island tersebut. Spons kuning itu bernamakan Spongebob Squarepants. Celana kotak dan wajah yang penuh akan jerawat tak membuat ia kehilangan jati dirinya.

Konon, Ia adalah salah satu serial animasi paling populer dalam semesta Nickelodeon. Dan status eksistensinya, tak perlu kita pertanyakan lagi sejak ia lahir dalam jagat animasi pada tahun Easter Island. Asal-usul rumah Squidward. Foto: Wikipedia Dan tentu, kita sebagai penikmat karya animasi satu ini, harus memberikan apresiasi pribadi kepada Stephen Hillenburg dan tim United Plankton Inc, pula kepada Nickelodeon, Lativi, dan Global TV yang telah mengundang kota Bikini Bottom untuk hadir di setiap inci layar televisi rumah kita.

Spongebob, Sufi, dan Aristoteles Tak ada yang mampu membantah bahwa Spongebob adalah makhluk yang paling bahagia. Pursuit of Happiness. Ia menjadikan kebahagiaan sebagai tonggak dan tujuan utama kehidupan. Bukan uang —seperti Mr. Krabs, kekuasaan —seperti Plankton, dan kehormatan —seperti Squidward. Seperti Spongebob, salah satu filsuf Yunani Kuno terkemuka, Aristoteles, mengutarakan bahwa the good life was the life of happiness.

Kehidupan yang berkualitas ialah kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan. Ia pun menggambarkan bahwa kebahagiaan berstatuskan eudaimonia, yang berarti hidup dengan baik, hidup penuh keseimbangan dan tidak berlebihan. Kejahatan sendiri bersumber dari sesuatu yang berlebihan —seperti kasus Mr.

Krabs yang berlebihan mengejar harta, dan ia merupakan pengungkapan bahwa dirinya tidak dapat mengontrol diri sendiri. Sebaliknya seperti Spongebob, Aristoteles sendiri melihat bahwa kebahagiaan adalah induk utama kebaikan, poros utama self-control, dan tentakel yang mampu menjalar kepada kehidupan baik yang lain. Gambar: Nickelodeon Menurut Joseph J. Foy, Spongebob dalam episode itu, merasakan bahwa hidupnya telah lengkap dan penuh berkecukupan. Ia tidak membutuhkan sesuatu apapun untuk bahagia, dan kebahagiaan yang ia miliki tidak membutuhkan suatu alasan.

Hal itu tergambarkan jelas dalam konsep utama sufisme yang diusung oleh Al-Ghazali. Self-Mastering, menurutnya, ialah jalan menuju kebahagiaan abadi: pengetahuan Tuhan dan pengetahuan diri. Dan dalam sufisme, kebahagiaanlah yang menjadi tujuan utama kehidupan. Itulah sebabnya mengapa para sufis, kebanyakan bersifat zuhud terhadap dunia.

Tidak berambisi mengejar harta seperti Mr. Krabs, kekuasaan seperti Plankton, dan kehormatan seperti Squidward. Lantas, apakah Spongebob yang berbahagia dan optimistik, merupakan manifestasi sufisme modern pula?

Dalam pengamatannya, Al-Ghazali menganalogikan bahwa hati adalah presiden, logika adalah perdana menteri, dan hawa nafsu hanyalah pemungut pajak. Bila pemungut pajak alias hawa nafsu mengendalikan presiden dan perdana menteri, maka binasalah negara itu. Dan Spongebob Squarepants, nampak telah mampu menjadikan hatinya sebagai presiden meski terkadang di dalam beberapa episode, hawa nafsu turut mengambil kendali kehidupan bawah lautnya.

Pesimistis, rendah diri, kesombongan, dan hal-hal yang berlebihan lainnya adalah salah satunya. Dimana Spongebob sangat menginginkan ultra-rare card langka untuk melengkapi koleksinya, namun dengan penuh keberuntungan, justru Patrick lah yang berhasil mendapatkannya. Kartu edisi langka yang diincar Spongebob. Gambar: spongebob. Kesedihan pun menghantui kehidupan Spongebob sepanjang hari.

Hidup dengan kebahagiaan. Dan ketika ia berbahagia, ia mendapatkan buah manisnya: seluruh ultra-rare card, Patrick berikan kepadanya. Karenanya, Spongebob yang pesimis, otomatis akan merasa sedih sepanjang hari sehingga semesta pun tak mau berpihak kepadanya.

Epilog Tak dapat dipungkiri Spongebob dalam mata masyarakat dipandang sebagai kartun biasa. Padahal dalam setiap karakter —dan tentu berlaku dalam kartun lain, terdapat makna dan proses yang mendalam ketika diciptakan. Maka, sebelum mengakhiri analisis ini, mari kita tutup dengan salah satu quotes filsuf terkemuka: You must learn to be a sponge, if you want to be loved by hearts that overflow. Selama ini gue selalu mikir ada pesan apa yang bisa gue dapet dari menonton spongebob dan gue ngga menyangka ada sekumpulan orang yang membahas spongebob dengan serius..

It will take you wherever you wish, but it will not replace you as the driver. Concerning pleasure, the first extreme is hedonism or lack of self-control, while the other is self-denial and forsaking all forms of amusement. Aristotle recognized a virtuous, modest way of how to have fun, which combines simplicity with wisdom and self-control. F is for friends who do stuff together.

U is for you and me. N is for anywhere and anytime at all—down here in the deep blue sea he learns that a material-driven life is empty and is brought back to the mean where wealth does not buy friendship or happiness.



0コメント

  • 1000 / 1000